Rabu, 23 April 2014
Selasa, 01 April 2014
Menyelesaikan Masalah dengan Pasangan Itu Mudah
(Ilustrasi) |
Setiap keluarga pasti punya masalah, tidak ada satu pun keluarga yang tidak punya masalah.
Yang disebut dengan masalah adalah jarak yang terbentang antara realitas kita saat ini dengan idealitas yang kita inginkan. Kita tidak pernah berada dalam kondisi ideal, selalu saja ada jaraknya. Semakin jauh jarak tersebut, semakin besar masalah yang kita hadapi. Maka menyelesaikan masalah artinya mendekatkan kondisi kita hari ini dengan idealitas yang seharusnya kita miliki. Satu masalah terselesaikan, muncul masalah berikutnya. Begitulah watak kehidupan.
Pada kenyataannya, ada keluarga yang mudah sekali keluar dari masalah. Ada pula keluarga yang sangat sulit keluar dari masalah, bahkan ada pula keluarga yang tidak pernah bisa keluar dari masalah. Mereka terjebak dalam kubangan masalah demi masalah tanpa pernah bisa menguraikannya. Masalah datang silih bergenti tanpa diketahui mana ujung dan mana pangkalnya. Mereka terbebani oleh rangkaian permasalahan keluarga, yang pada akhirnya tidak mampu mempertahankan keutuhan rumah tangga. Bahtera rumah tangga mereka karam diterjang badai permasalahan.
Bagaimana Membuat Masalah Menjadi Mudah Diselesaikan?
Pertanyaan pentingnya adalah : siapakah yang membuat masalah hidup kita menjadi susah, dan siapa pula yang membuat masalah hidup kita menjadi mudah? Tentu saja tidak ada yang lain, kecuali diri kita sendiri. Demikian pula masalah dengan pasangan. Siapa yang menjadikan permasalahan suami istri menjadi mudah atau menjadi susah? Tidak ada lain kecuali suami dan istri itu sendiri.
Hidup berumah tangga itu tergantung bagaimana kita menjalaninya. Karena masalah selalu hadir dalam kehidupan kita, maka tergantung kita mau menjadikan masalah itu sebagai mudah atau sebagai susah. Jika kita menjadikan masalah yang muncul dengan pasangan menjadi susah, maka memang akan terasa sangat susah. Namun jika kita menjadikan masalah yang muncul dengan pasangan menjadi mudah, maka semua sangat ringan dirasakan dan mudah diselesaikan.
Kuncinya ada pada diri kita sendiri.
1. Selalu Berpikir dan Bersikap Positif
Hendaknya suami dan istri selalu berpikir positif dalam memandang segala sesuatu. Semua kejadian dalam hidup selalu ada hikmah yang positif jika pandai mengambilnya. Tidak ada kejadian yang sia-sia selama kita mampu mengambil hikmah terbaiknya. Bahkan dari kegagalan, dari kesalahan, dari kesusahan, semua selalu ada sisi positif yang akan mendewasakan kehidupan kita. Yang penting mampu berpikir dan bersikap positif dalam kehidupan.
Apalagi dalam menghadapi dinamika hidup berumah tangga dengan pasangan. Selalu saja ada persoalan yang datang menghadang. Besar atau kecil, berat atau ringan, itu sangat relatif dan sangat subyektif. Yang paling utama adalah pikiran dan sikap yang selalu positif dalam menghadapi segala sesuatu. Dengan berpikir dan bersikap positif, suami dan istri akan selalu berada dalam suasana interaksi yang penuh kedewasaan dan diliputi kebijaksanaan. Tidak mudah emosi, tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan semua masalah menjadi mudah diselesaikan.
2. Tidak Meributkan Hal-hal Kecil
Sangat banyak hal-hal kecil yang sering menjadi kerikil tajam dalam perjalanan hidup berumah tangga. Manusia sangat jarang menabrak batu yang besar, karena jelas-jelas kelihatan sehingga mudah untuk dihindari. Namun sangat sering manusia terpeleset oleh bebatuan kecil atau kerikil, karena tidak tampak. Dalam komunikasi dan interaksi suami dan istri, sering dijumpai hal-hal kecil yang membuat keributan besar. Urusan-urusan sepele yang dibesar-besarkan.
Hanya karena salah omong, hanya karena lambat menjawab pertanyaan, hanya karena lambat melayani, hanya karena salah dengar, hanya karena tindakan yang tidak sengaja, ternyata memicu keributan dan ketegangan antara suami dan istri. Mengapa mereka tidak segera saling meminta maaf dan memaafkan kekurangan pasangan? Mengapa mereka suka membesar-besarkan persoalan yang sebenarnya ringan saja, bukan hal-hal besar?
Jika mereka menganggap ringan saja hal-hal kecil itu, maka mereka akan mudah untuk menyelesaikan setiap persoalan, karena yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan suami istri hanyalah persoalan-persoalan kecil.
3. Kesediaan untuk Menyelesaikan Masalah
Kunci penyelesaian masalah suami dan istri ada pada mereka sendiri. Tidak ada orang lain yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Konselor juga tidak bisa menyelesaikan masalah mereka, karena konselor hanya memediasi dan memotivasi untuk penyelesaian masalah. Namun yang bisa menyelesaikan permasalahan suami dan istri ya hanya mereka sendiri. Bukan orang lain, bukan orang tua, bukan mertua, bukan saudara, bukan ustadz, bukan kyai, bukan konselor. Mereka berdua yang bisa menyelesaikannya.
Sepanjang suami dan istri mau duduk berdua, membicarakan masalah dengan kelapangan dada, berdialog dengan hati terbuka, mengobrol dalam suasana nyaman dan gembira, menjauhkan diri dari sikap emosi dan gelap mata, maka semua masalah akan mudah dan ringan untuk diselesaikan. Namun jika suami dan istri tidak mau duduk berdua, tidak mau membahas permasalahan dengan hati terbuka, justru mengembangkan sikap saling curiga, menganggap kesalahan hanya ada pada pasangannya, maka selamanya masalah tidak akan pernah bisa selesai.
Semua kembali kepada pribadi suami dan istri. Jika ingin membuat masalah mereka menjadi mudah dan ringan, maka mereka akan mudah dan ringan menyelesaikan setiap permasalahan. Namun jika ingin membuat masalah mereka menjadi susah dan berat, maka mereka pun akan selalu kesulitan keluar dari masalah. Tidak ada yang sulit, kecuali yang memang sengaja kita buat sulit. (Cahyadi Takariawan)
Kamis, 20 Maret 2014
Manfaat berbagi itu adalah bahagia lahir batin.
LMI Sidoarjo-Pada awalnya saya mengenal LMI dari teman saya yang bernama Wulan. Saya merasakan banyak hikmah dari bershodaqoh dan saya mengajak teman-teman saya yang bernama Nur Abidatul dan Sudibyo Kunto untuk
bershodaqoh di LMI” tutur Ibu Julaikah.
Bagi Ibu Julaikah Puji Lestari menjadi donatur LMI Sidoarjo itu adalah bagian semangat hidupnya untuk selalu berbagi, karena manfaat berbagi itu adalah bahagia lahir dan batin. Kepedulian terhadap sesama akan mendatangkan motivasi untuk selalu bersyukur atas karunia dan anugrah Tuhan.
Pada saat mendengar berita Gunung Meletus Ibu Julaikah salah satu guru SD Widya Wiyata langsung terbayang betapa menderitanya warga korban Gunung Meletus, karenanya dengan bersemangat mengajak dan memotivasi para guru dan siswa untuk peduli korban bencana. Alhamdulillah ajakannya disambut dengan ikhlas dan senang untuk berpartisipasi untuk membantu korban bencana.
Ibu Julaikah dan para guru ikut mendampingi siswa-siswi dengan membawa karton putih bertuliskan Save Kelud Victims para siswa SD Widya Wiyata Perum Bumi Citra Fajar ( BCF ) Jl. SekawanAyu no. 9 – 17 .Sidoarjo ingin menunjukkan ikut berempati dan simpati pada warga korban bencana erupsi Gunung Kelud. Para siswa dengan gembira menyerahkan sebagian uang sakunya untuk meringankan kesusahan yang dialami warga korban bencana itu.
Terkumpul dana sebesar 1.850.000 diserahkan kepada LMI Sidoarjo yang akan disalurkan langsung untuk memenuhi kebutuhan para korban bencana di sekitar Gunung Kelud. “ Mohon LMI bisa menyalurkan dana yang terkumpul dari para siswa untuk keluarga korban bencana, semoga bermanfaat” Kata Bu Julaikah yang juga sebagai Koordinator Donatur LMI di sekolah tersebut.
Bu Julaikah yang tinggal di Ds. Masangan Kulon RT.3 RW. 1 Sukodono meyakini bahwa anak-anak sejak dini harus ditanamkan rasa peduli pada sesama, cepat tanggap untuk membatu orang lain yang kesusahan. Tepatlah siswa-siswi di sekolah senantiasa digerakkan dengan ikhlas dan gembira untuk bersama-sama peduli terhadap penderitaan warga korban bemcana itu.
Selasa, 11 Maret 2014
PT. HANSA PRATAMA Tbk Peduli Korban Erupsi Kelud
Lmi Sidoarjo-Koordinator donatur LMI Bu Dyah Retno ( Netty ) dan Bu Titin Puryani di PT. HansaPratama Ds.BakungTemenggungan Balongbendo Sidoarjo, sangat antusias mendukung program kemanusiaan peduli korban bencana yang diajukan LMI Sidoarjo, termasuk korban bencana meletusnya Gunung Kelud.
Karenanya beliau berinisiatif menggalang dana peduli korban bencana ke seluruh karyawan dan juga disampaikan kepada pimpinan manajemen PT. Hansa Pratama. Sungguh sangat terharu atas kepedulian Pimpinan Manajemen dan seluruh karyawan, terkumpul dana sebesar Rp. 5.510.000 dan 5 dus pakaian.
Bapak Abdul Manaf, Ketua Serikat Pekerja PT. Hansa Pratama sangat berharap bantuan yang telah disalurkan dapat meringankan penderitaan warga korban bencana. “ Semoga bantuan ini bermanfaat dan warga korban bencana meletusnya Gunung Kelud mampu sabar dan tabah menghadapi musibah ini” ujarnya.
SD Widya Wiyata Save Kelud Victims
Dengan membawa karton putih bertuliskan Save Kelud Victims para siswa SD Widya Wiyata Perum Bumi Citra Fajar ( BCF ) Jl. SekawanAyu no. 9 – 17 .Sidoarjo ingin menunjukkan ikut berempati dan simpati pada warga korban bencana erupsi Gunung Kelud. Para siswa dengan gembira menyerahkan sebagian uang sakunya untuk meringankan kesusahan yang dialami warga korban bencana itu.
Ibu Julaikah Puji Lestari salah satu guru SD Widya Wiyata yang sangat bersemangat mengajak dan memotivasi para guru dan siswa untuk peduli korban bencana. Alhamdulillah ajakannya disambut dengan ikhlas dan senang untuk berpartisipasi untuk membantu korban bencana.
Terkumpul dana sebesar 1.850.000 diserahkan kepada LMI Sidoarjo yang akan disalurkan langsung untuk memenuhi kebutuhan para korban bencana di sekitar Gunung Kelud. “ Mohon LMI bisa menyalurkan dana yang terkumpul dari para siswa untuk keluarga korban bencana, semoga bermanfaat” Kata Bu Julaikah yang juga sebagai Koordinator Donatur LMI di sekolah tersebut.(Dawud)
Rabu, 05 Maret 2014
Penuhi Memori dengan Kebaikan Pasangan
Kolom Keluarga-Sangat banyak perbuatan baik yang dilakukan pasangan kepada kita, namun karena dilakukan setiap hari maka cenderung dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja. Cobalah buat daftar kebaikan pasangan, satu per satu ditulis dan diingat-ingat. Ingat, jangan ada yang terlewat. Buatlah daftar kebaikan pasangan, agar kita dengan mudah menghadirkannya dalam ingatan dan selalu menjadi kenangan.
Jika kita menyimpan sebanyak mungkin memori tentang kebaikan pasangan, maka tidak ada sisa tempat lagi bagi memori tentang keburukannya. Jika hati dan pikiran kita selalu mengingat dan menyimpan berbagai hal yang indah bersama pasangan, tidak ada tempat lagi untuk berbagai kisah sedih dan memilukan yang pernah terjadi bersama pasangan.
Mengingat Kebaikan Istri
Isteri memasak setiap hari untuk keperluan keluarga, dianggap hal biasa. Setiap hari istri belanja untuk keperluan keluarga, menyiapkan bahan masakan, memilih menu dan bumbu, kemudian mengolah menjadi masakan siap santap. Aktivitas ini bisa menghabiskan banyak waktu di dapur. Namun sebagian suami menganggap itu semua sebagai kewajiban istri, bukan kebaikan. Maka tidak ada apresiasi positif dan ucapan terimakasih untuk rutinitas memasak yang dilakukan istri.
Istri bersedia hamil sembilan bulan, melahirkan, menyusui dan mengurus anak sejak masih janin, dianggap sudah menjadi kewajibannya sebagai perempuan. Maka tidak ada apresiasi positif dan ucapan terimakasih untuk kesediaan istri mengandung, melahirkan dan mengurus anak tersebut. Padahal jelas itu semua merupakan kebaikan yang luar biasa besarnya.
Jika istri tidak melaksanakan aktivitas praktis kerumahtanggaan karena berbagi dengan pihak lain, misalnya karena di rumah ada pembantu rumah tangga, tentu saja ada banyak kebaikan lain yang dilakukan istri. Tentu saja kebaikan itu tidak hanya memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Ada sangat banyak lahan-lahan kebaikan yang telah dilakukan istri selama ini.
Mengingat Kebaikan Suami
Suami yang setiap hari bekerja keras mencari nafkah adalah kebaikan. Namun karena itu sudah menjadi kegiatannya setiap hari, maka dianggap sebagai hal yang lumrah dan wajar saja. Karena mencari nafkah adalah kewajiban suami, banyak istri yang tidak melihatnya sebagai kebaikan. Maka tidak ada apresiasi positif dan ucapan terimakasih untuk rutinitas mencari nafkah yang dilakukan suami.
Suami berpikir keras untuk mencukupi semua keperluan hidup keluarga, untuk pendidikan anak, untuk jaminan kesehatan, dan berbagai keperluan rekreatif keluarga. Suami melindungi dan menjaga keluarga dari berbagai ancaman serta bahaya. Suami membantu melakukan berbagai kegiatan praktis kerumahtanggaan. Jelas semua itu merupakan kebaikan yang sangat besar.
Jika ada berbagai kelemahan suami dalam hal mencari nafkah, misalnya belum mampu mencukupi semua keperluan hidup berumah tangga, bukan berarti tidak ada kebaikan lainnya pada suami. Sangat banyak lahan dan jenis kebaikan yang telah dilakukan suami selama ini, jangan sampai hilang tertutupi oleh beberapa kekurangan dan kelemahannya.
Melaksanakan Kewajiban dan Peran adalah Kebaikan
Ada banyak orang yang melalaikan dan mengingkari kewajibannya, ada banyak orang yang melarikan diri dari tanggung jawab. Maka tatkala suami atau istri melakukan kewajiban dengan baik, hal itu adalah suatu kebaikan yang sangat besar dan layak diapresiasi secara positif. Padahal, dalam kehidupan berumah tangga, kita tidak selalu memandang segala sesuatu dengan perspektif hak dan kewajiban. Perspektif ini bercorak sangat kaku dan terkesan hitam putih.
Ada perspektif peran, dimana suami dan istri memiliki peran khas dalam posisinya di dalam keluarga. Ketika kita melihat dari perspektif peran sekalipun, kita akan menemukan kesimpulan bahwa orang yang bersedia melakukan perannya adalah orang yang baik. Peran sebagai suami, sebagai ayah, sebagai pemimpin, sebagai pemberi teladan, sebagai pendidik, jika dilakukan dengan penuh kesadaran, tentu merupakan suatu kebaikan yang tak ternilai harganya. Peran sebagai istri, sebagai pelahir generasi, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai pendidik anak, jika dilakukan dengan penuh kesadaran, tentu merupakan suatu kebaikan yang tak ternilai harganya.
Sangat Banyak Kebaikan Pasangan
Ada sangat banyak kebaikan pasangan yang telah dilakukan untuk kita selama ini. Sebagiannya kita mengetahui, sebagaian lain lagi bahkan kita tidak mengetahuinya. Suami menjaga rahasia istri, tidak pernah menceritakan kejelekan dan kekurangan istri kepada orang lain, adalah suatu kebaikan suami. Demikian pula ketika istri menjaga rahasia suami, tidak pernah menceritakan kejelekan dan kekurangan suami kepada orang lain, adalah suatu kebaikan istri. Hal seperti ini sering kita abaikan.
Suami tidak menuntut kesempurnaan istri, tidak membebani istri diluar kesanggupannya, jelas merupakan kebaikan suami. Demikian pula ketika istri tidak menuntut kesempurnaan suami, tidak menuntut sesuatu diluar kesanggupan suami, jelas merupakan kebaikan istri. Hal seperti ini juga sering kita abaikan.
Suami bersabar atas kekurangan pelayanan istri, bisa menahan emosi, dan tetap melaksanakan kewajiban dan peran sebagai suami kendati ada kekurangan pelayanan dari istri, jelas merupakan kebaikan suami. Demikian pula jika istri bersabar atas kekurangan perhatian suami, bisa menahan emosi, dan tetap melaksanakan kewajiban dan peran sebagai istri kendati ada kekurangan perhatian dari suami, jelas merupakan kebaikan istri.
Sungguh, sangat banyak kebaikan pasangan kita. Ayo terus mengingat dan menjadikannya sebagai memori terindah dalam hidup bersama pasangan.(Cahyadi Takariawan)
Para Siswa SDIT Insan Kamil Peduli Bencana
Lmi Sidoarjo-Siswa-siswi SDIT InsanKamil sangat antusias ketika ada Kardus Kosong keliling di kelasnya dalam rangka penggalangan dana untuk warga korban bencana. Wajah mereka sangat ceria dan sangat berharap kardus yaang keliling itu sampai di depannya, rasanya ingin sekali untuk segera memasukkan uang sakunya ke kardus.
Tentu siswa siswi sudah melihat berita di TV adanya banyak bencana di Indonesia tercinta ini, banjir, tanah longsor dan gunung meletus. Mereka membayangkan betapa susahnya anak-anak disana yang tempatnya tertimpa musibah, mereka ikut sedih saudara-saudaranya tidak dapat sekolah dan bermain gembira seperti mereka.
Rasa simpati dan empati mereka tumbuh dan berkembang dalam pembinaan dan pembelajaran yang dilakukan di SDIT Insan Kamil Sidoarjo. KepalaSekolah SDIT Insan Kamil Ust.Khoirul Anam menyampaikan apresiasi khususnya pada para siswa-siswi yang mempunyai empati tinggi untuk membantu meringankan beban penderitaan warga yang sedang di timpa bencana di Indonesia ini.
Perolehan penggalangan dana para siswa diserahkan semuanya ke LMI Sidoarjo untuk disalurkan langsung pada warga Korban Bencana. LMI Sidoarjo memberikan Piagam Penghargaan kepada SDIT Insan Kamil atas kerjasamanya selama ini dalam membangun kepedulian siswa-siswi agar senantiasa Peduli Untuk Berbagi. Semoga senantiasa mendapatkan ridho Allah swt.
“Terima kasih LMI atas penghargaan ini dan semoga empati seperti itu hendaknya dapat ditiru oleh seluruh sekolah –sekolah lain khususnya di Sidoarjo dan Jawa Timur pada umumnya“, pungkas Ustadz Choirul Anam penuh semangat. — bersama Shooting Suwandi.
Menutup Aib diri Sendiri dan Orang lain
Oleh Ust. H. Zulhamdi M. Saad, Lc
Usai shalat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap. Rupanya diantara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Rasulullah sedikit berubah tanda tidak senang. Maka tatkala waktu sholat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah berkata: "Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu!". Mendengar perintah Rasulullah tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.
Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu, rasa malu ini membawa kepada efek sikologi yang negatif jika tersebar.
Namun banyak kita dapati di tengah keseharian kita, pembicaraan dan obrolan itu sepertinya tidak asyik kalau tidak membicarakan aib, cacat dan kekurangan yang ada pada orang lain, padahal obrolan itu bukanlah perkara ringan dalam pandangan Islam.
Ajaran Islam melarang keras aib seseorang diceritakan, dan tidak boleh sekali-kali menyebarkan tentang apa atau bagaimana kondisi yang tidak baik tentang seseorang, bahkan islam mengajarkan untuk menutupinya. Allah berfirman dalam Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Wahai orang yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka, maka barang siapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya dan siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya." (HR. at-Tirmidzi)
Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga melarang seseorang untuk membuka aib dirinya sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim)
Sebaliknya, Rasulullah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menutup aib saudara-saudara mereka, dengan menutup aib mereka di dunia dan akhirat, seperti dalam hadits shahih: "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)
Adapun aib yang ada pada seseorang bisa dibagi menjadi dua kategori:
Pertama, aib yang sifatnya khalqiyah, yaitu aib yang sifatnya qodrati dan bukan merupakan perbuatan maksiat. Seperti cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain.
Aib seperti ini adalah aurat yang harus dijaga, tidak boleh disebarkan atau dibicarakan, baik secara terang-terangan atau dengan gunjingan, karena perbuatan tersebut adalah dosa besar menurut mayoritas ulama, karena aib yang sifatnya penciptaan Allah yang manusia tidak memiliki kuasa menolaknya, maka menyebarkannya berarti menghina dan itu berarti menghina Penciptanya. (Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin).
Kedua, aib berupa perbuatan maksiat, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi juga terbagi menjadi dua:
Pertama: Perbuatan maksiat yang hanya merusak hubungannya secara pribadi dengan Allah seperti minum khamr, berzina dll. Jika seorang muslim mendapati saudaranya melakukan perbuatan seperti ini hendaklah ia tidak menyebarluaskan hal tersebut, namun dia tetap memiliki kewajiban untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Imam Syafi’i berkata, “Siapa yang menasehati saudaranya dengan tetap menjaga kerahasiaannya berarti dia benar-benar menasehatinya dan memperbaikinya. Sedang yang menasehati tanpa menjaga kerahasiaannya, berarti telah mengekspos aibnya dan mengkhianatinya." (Syarh Shahih Muslim, Imam an Nawawi).
Kedua: Perbuatan maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi tapi merugikan orang lain seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya. Maka perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan, karena akan lebih banyak lagi merugikan orang lain.
Sebuah kisah masyhur yang ditulis oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab "Tawwabin" dapat dijadikan pelajaran bagi kita untuk menutup aib diri sendiri dan aib orang lain serta mengakuinya dihadapan Allah dengan bertaubat atas dosa tersebut.
Disebutkan bahwa pada zaman nabi Musa 'alaihis salam, Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata , "Wahai Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami." Maka berangkatlah nabi Musa 'alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar.
Musa berdoa, "Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak-anak dan orang-orang yang mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud."
Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin kemilau. Kemudian Musa berdoa lagi, "Wahai Tuhanku berilah akmi hujan".
Allah pun berfirman kepada Musa, "Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian. "
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun."
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, maka tak seorang pun yang keluar di depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud.
Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun. "
Maka kepalanya tertunduk malu dan menyesal, air matanya pun menetes, sambil berdoa kepada Allah, "Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah taubatku. "
Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan-awan tebalpun bergumpal, semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan.
Nabi Musa pun keheranan dan berkata, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di depan manusia."
Allah berfirman, "Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun."
Musa berkata, "Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang taat itu."
Allah berfirman, "Wahai Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka akan aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!"
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, cela dan dosa tertentu pada dirinya, maka suatu aib yang ada pada seseorang dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain untuk dapat belajar dan memperbaiki diri agar tidak melakukan hal serupa yang akan menimpa dirinya dan orang lain akibat perbuatannya tersebut.
Maka beruntung dan berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri dari disibukkan dengan aib orang lain. Begitulah Rasulullah Saw menyampaikan dalam sabdanya: "Berbahagialah orang yang disibukkan dengan aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat memperhatikan aib orang lain." (HR Al-Bazzar dengan Sanad hasan).
Sungguh indahnya ajaran Islam yang menuntun kita agar menjaga aib kita sendiri dan menjaga aib orang lain, dan terus berupaya memperbaiki diri. Wallahu a'lam bishowab (ikadi.or.id)
Sang Pelayang Yang Menakjubkan
OASE-Ada hari-hari itu, sebagaimana diceritakan oleh Jabir ibn ‘Abdillah Radhiyallahu ‘Anh, jatah makan untuk setiap penggali Khandaq di kota Madinah adalah sebutir kurma, seteguk air, dan tepung yang diadoni minyak panas. Seberapa banyak tepung itu? “Jika tangan kami terbasuh air kemudian dimasukkan ke dalam kantung persediaan tepung”, ujar Jabir, “Maka tepung yang menempel di telapak yang basah itulah jatah makan sehari kami.”
Tentu saja, sebab terbayangkan bahwa pengepungan pasukan Quraisy dan sekutunya akan berlangsung lama.
Dan para sahabat kian merasa malu ketika Sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang turut bekerja bersama mereka sejak di hari pertama mengangkat beliungnya untuk menghantam batu terkeras yang mereka temukan. “Allahu Akbar”, beliau bertakbir, mengabarkan akan sampainya Islam dan kaum muslimin ke Syam, Persia, dan Yaman. Selain iman yang semakin terukir lagi berkibar, di benak para sahabat tersisa rasa getir yang menggeletar.
Ada dua batu di sana. Terselempit di sela sabuk celana Rasulullah yang mengganjal perutnya. Aduhai, bagaimana tak terbit airmata. Kekasih Allah yang paling mulia, lebih lapar dibandingkan seluruh sahabatnya. Dia ada bersama, dalam suka dan duka. Dia turut bekerja, tak ingin istimewa. “Seandainya kami duduk saja sementara Sang Rasul bekerja”, demikian senandung orang-orang Anshar yang lalu dinasyidkan semua, “Jadilah ia bagi kami hal yang membawa sesat selamanya.”
Tibalah hari itu, ketika Jabir ibn ‘Abdillah pulang dengan air mata menggenangi pelupuk dan dada sesak. “Wahai istriku”, panggilnya, “Demi Allah, apakah yang masih engkau miliki? Demi Allah, aku tak tega melihat rasa lapar yang menyiksa Rasulullah. Andai selain beliau, pasti sudah tak sanggup menahannya!”
“Hanya ada seekor anak kambing”, jawab sang istri gugup, “Dan segenggam tepung kasar di persediaan kita”.
“Keluarkanlah semua. Aku akan menyembelih dan menguliti anak kambing itu. Kau adonilah tepungnya menjadi roti.”
Ketika akhirnya masakan itu siap, Jabir pun mendatangi Sang Nabi dengan mengendap-endap. “Ya Rasulallah”, bisiknya kemudian, “Ada sekedar roti dan sedikit daging di rumah kami. Berkenanlah untuk sejenak datang dan menyantapnya.”
Beliau tersenyum dan mengangguk. Dipanggillah seseorang dan diperintahkan untuk mengumumkan kepada semua penggali parit, “Semuanya, datanglah ke rumah Jabir untuk makan bersama!” Betapa gugupnya Jabir melihat itu. “Aduhai celaka”, batinnya panik, “Aku hanya meminta beliau untuk bersantap tapi beliau mengajak seluruh Muhajirin dan Anshar!” Tapi Rasulullah tersenyum padanya, menepuk bahunya, dan menggamit lengannya. Tak bisa tidak Jabir hanya bergumam, “Demikian inilah Rasulullah!”
“Jangan kalian buka penutup wadahnya”, ujar Sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau juga meminta kedua suami istri yang saling berpandangan dengan khawatir itu untuk sejenak menyingkir. Kemudian beliaupun berdoa dan memohon berkah atas hidangan itu. “Masuklah rombongan berrombongan dan jangan berdesakan”, perintah beliau kepada seluruh hadirin.
Kelompok demi kelompok mereka masuk, sedangkan Nabi mengambilkan roti dan menuangkan masakan daging ke atasnya. Beliau berkhidmah pada semua sahabatnya, satu demi satu, hingga yang terakhir. Padahal penggali parit dalam Perang Ahzab, kira-kira 3000 jumlahnya. Semuanya makan, semua merasa kenyang, dan puas. Tiba giliran Jabir dan istrinya, dan Rasulullah masih melayani mereka, baru sesudahnya beliau makan dengan penuh kesyukuran. Beliau mengucap terimakasih pada keduanya dan mendoakan kebaikan, lalu beranjak.
“Demi Allah”, ujar Jabir, “Ketika kuperiksa wadah makanan kami, roti maupun dagingnya masih utuh seperti semula.”
Mu’jizat ini mengagumkan. Tapi apa yang dilakukan Rasulullah dengan menjaga kebersamaan dalam suka dan duka, terlebih lagi bagaimana beliau melayani para sahabat dengan tangannya sendiri adalah lebih menakjubkan. Inilah Nabi, penghulu alam semesta. Maka beliaupun menjadi pelayan yang paling rendah hati bagi sesama.
Hatta kelak di akhirat, di perjalanan seluruh manusia antara kebangkitan dan penghimpunan, beliau akan bersiaga di tepi sebuah telaga yang lebih harum dari kasturi. Beliau menyambut ummatnya, melayani mereka minum dari airnya yang lembut dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih sejuk dari salju. Tapi wajahnya mendung tiap kali beberapa manusia dihalau dari Al Kautsar. “Ya Rabbi”, serunya sendu, “Mereka bagian dariku! Mereka ummatku!”
Ada suara menjawab, “Engkau tak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu!”
Telaga itu sebentang Ailah di Syam hingga Shan’a di Yaman. Di sisinya ada gelas kemilau sebanyak bilangan gemintang. Dan inilah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sang pelayan yang paling menakjubkan.
by : Salim A Fillah...
LBB Ilmiah Krian Peduli Korban Kelud
Ketika LMI Sidoarjo menyampaikan kepada Bapak Ilmiawan, Pemilik LBB Ilmiah Krian bahwa Relawan LMI akan berangkat ke Posko LMI untuk menyalurkan dana dan barang--barang yang dibutuhkan warga korban erupsi Gunung Kelud, langsung disambut dengan semangat dan bersedia menggalang dana dan barang-barang yang akan dititipkan LMI Sidoarjo.
Menurutnya ini adalah kesempatan yang baik mengajak anak-anak dan orang tuanya untuk bersimpati dan empati pada warga korban bencana. Raihan dan Nazwa, kakak beradik siswa LBB Ilmiah mengatakan sangat senang dapat membantu korban bencana Gunung Kelud yang meletus. "Bapak dan Ibu saya juga senang membantu korban Gunung Kelud" kata Raihan dengan lugunya.
LBB Ilmiah yang sudah mempunyai 3 cabang ini, salah satunya ada di Ngoro Mojokerto tidak hanya sekedar memberikan bimbingan belajar semata tetapi juga menanamkan pada anak-anak nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Salah satunya adalah mengupayakan bagaimana anak-anak bisa berakhlaqul karimah, senantiasa peduli pada sesama. Karenanya Bapak Ilmiawan sangat bersyukur dapat bekerjasama dengan LMI Sidoarjo untuk bersama-sama membantu sesama yang mengalami musibah.
Semoga LBB Ilmiah semakin sukses dan terwujud visi dan misinya yang sangat mulia itu, aamiin
Minggu, 23 Februari 2014
Program Recovery Rumah Warga korban Gunung Kelud
Warga sekitar wilayah terdampak masing-masing berseihkan rumahnya sendiri. Maka kita harus datangkan dari luar. Biayanya per hari Rp. 50.000 dan terpal ukurannya 4X7 m.
Rencananya kita akan kerahkan relawan warga yang dibentuk per tim 5 orang dengan target bersihkan minimal 2 rumah/hari dari warga jompo, janda, dhuafa.
Kebutuhan biaya per rumah :
1. Terpal ukuran 4 x 7, 2 lembar, harga @ 200.000 = Rp. 400.000
2. Tenaga 5 orang = Rp. 250.000
3. Konsumsi pekerja = Rp. 75.000
4. Transportasi = Rp. 100.000
T O T A L = Rp. 825.000
Yang berminat untuk Peduli program ini, silahkan transfer dana Peduli Korban Gunung Kelud ke Mandiri 1410010177020, BSM 7005283714 atas nama LMI Sidoarjo, konfirmasi ke 082231981905
Foto Program Recovery
Senin, 20 Januari 2014
Dahsyatnya Potensi Zakat
Demikianlah dengan syareat zakat. Andai rukun Islam ketiga ini bisa tertunaikan dengan baik, potensinya tergali dengan optimal dan sistemnya terkelola sebagaimana mestinya sesuai konsep idealnya, niscayalah ia benar-benar cukup jitu dan cespleng sebagai penuntas problematika kemiskinan Ummat berikut beragam problematika lain yang menjadi dampaknya! Namun yang terjadi, sebagaimana aspek-aspek ajaran Islam yang lain, realitanya masih sangat jauh dari idealitanya. Bahkan seperti yang tertuang dalam taujih sebelumnya, khusus syareat zakat, masalah tidak hanya terbatas bahwa, ia baru berada di level teori, konsep dan wacana saja. Melainkan malah masih lebih jauh dari itu. Karena sekadar sebagai teori dan konseppun mayoritas muslimin juga masih belum menyadari dan menguasainya, sebagai akibat masih lemahnya sosialisasi terhadapnya, tentu saja disamping banyak faktor lainnya pula.
Ya, kebanyakan kita mungkin belum sadar bahwa, ternyata potensi zakat saja, belum ditambah infak dan sedekah sunnah serta yang semacam lainnya, sangatlah besar dan dahsyat sekali. Coba kita ambil contoh Indonesia misalnya, sebagai negara muslim terbesar di dunia. Berapa kira-kira potensi zakatnya andai terhimpun semuanya atau minimal mayoritasnya? Mari kita tengok dan cermati bersama. Ketua umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Prof. DR. Didin Hafidhuddin, dalam sebuah kesempatan mengatakan bahwa, potensi zakat di Indonesia sebear Rp. 217 triliun. Bahkan mungkin saja bisa lebih besar dari itu. Karena pada tahun lalu saja, salah seorang pengurus Forum Zakat (FOZ) Indonesia, Sri Adi Bramasetia, sudah menyatakan bahwa, potensi zakat Indonesia, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, bisa mencapai nilai Rp. 300 triliun pertahun. Tentu sebuah angka yang mencengangkan, bukan? Lalu berapa yang telah berhasil terhimpun dan terkelola selama ini? Belum didapat data yang pasti, namun yang jelas masih sangat jauh sekali. Karena dari potensi yang demikian besar itu, yang sementara berhasil dihimpun dan dikelola, baik melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) maupun berbagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) resmi, diperkirakan baru berada di kisaran kurang lebih 1,5 %. Tentu saja sebuah kesenjangan yang masih sangat jauh sekali! Lalu bagaimana dengan potensi zakat dunia Islam? Tentu sangat sulit sekali untuk kita bisa mengetahui data riilnya. Namun sekadar sebagai gambaran kasar, barangkali apa yang pernah diungkapkan oleh Syaikh Prof. DR. Yusuf Al-Qardhawi hafidzahullah beberapa tahun yang lalu bisa sedikit mewakili. Ya, beliau pernah menyatakan bahwa, seandainya para muslimin aghniya’ (orang-orang kaya) di negara-negara Teluk benar-benar membayar zakat atas harta tak terhitung yang dikaruniakan Allah kepada mereka, ya sekali lagi zakat saja tanpa infak dan sedekah sunnah, niscaya dana yang terhimpun sudah cukup, tidak hanya untuk mengkayakan seluruh muslimin fakir di negara-negara itu saja, melainkan juga cukup untuk menutup kebutuhan seluruh negara muslim miskin di dunia! Subhanallah! Lalu bagaimana jika muslimin aghniya’ di dunia berzakat semuanya bahkan ditambah infak, sedekah dan wakaf juga? Ya tentu saja insyaallah akan terulang kondisi seperti yang terjadi pada masa kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah yang hanya berumur 2,5 tahun, dimana setelah dana zakat terhimpun, para amil berkeliling kemana-mana untuk mencari fakir miskin yang berhak dan mau menerima bagiannya dari zakat, namun mereka gagal menemukannya!
Rupanya saat ini kita masih harus bermimpi bagi terulangnya masa kesejahteraan penuh barakah sebagai dampak pasti dari tertunaikannya syareat zakat dan syareat-syareat Islam yang lainnya seperti itu! Akan tetapi, setidaknya, semoga saja kontribusi positif dan peran aktif kita semua sebagai amil dan amilah hari ini, meskipun bersifat temporal, bisa menjadi bagian penting dari seribu satu langkah kongkrit ke arah realisasi mimpi indah itu! Semoga! Aamiin! (H. Ahmad Mudzoffar Jufri)
(http://ikadijatim.org/dahsyatnya-potensi-zakat/)
12 GOLONGAN ORANG YANG DIDOAKAN MALAIKAT
Siapa saja orang-orang yang di doakan Malaikat ?
Mari kita lihat satu persatu dengan harapan kita termasuk salahsatu didalam nya, Aamiin….
12 Golongan Orang Yang Didoakan Malaikat adalah :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.” (HR. Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu Shalat.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud I/130)
4. Orang-orang yang menyambung shaf pada shalat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaallinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa salam bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.” (HR. Ahmad dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang-orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal.
Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka,
‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?’,
mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.” (HR. Ahmad dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan.
Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan.” (HR. Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang-orang yang berinfak.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’.
Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang-orang yang sedang makan sahur.”
Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah”. (HR. Ibnu Hibban dan Ath Thabrani dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh.” (HR. Ahmad dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa salam bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang ada di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
wallahu a’lam bish-showab
Sumber Artikel : Oleh Syaikh Dr. Fadhl Ilahi
“Orang-Orang yang Didoakan Malaikat”
Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
7 TANDA KEBAHAGIAAN HIDUP DI DUNIA
7 TANDA KEBAHAGIAAN HIDUP DI DUNIA
1. Qalbun Syakirun
2. Al azwaju shalihah
3. Al Auladun abrar
4. Al bi'atu sholihah
5. Al maalul halalun
6. Tafakuh fiddien
7. Al Umrul Mabruk
Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di masjid. Suatu hari ia ditanya oleh para tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) kunci kebahagiaan dunia, yaitu:
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat ALLAH SWT, sehingga apapun yang diberikan ALLAH, ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan ALLAH.
Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu, “Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Dan bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya.
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholehah, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya.
Saat Rasulullah SAW thawaf, beliau bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet- lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu, “Kenapa pundakmu itu?” Jawab anak muda itu, “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya” Lalu anak muda itu bertanya, ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?”
Nabi SAW memeluk anak muda itu dan mengatakan, “Sungguh ALLAH ridho kepadamu, kamu anak yang sholeh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu” Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang sholeh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan ALLAH.
Kita tentu boleh mengenal siapapun, tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat, haruslah orang- orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Sebagaimana Rasulullah yang menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh yang akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.
Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdo’a sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan?” Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena do’anya akan sangat mudah dikabulkan ALLAH. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hati semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.
ALLAH menjanjikan nikmat bagi umat-NYA yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada ALLAH dan rasul-NYA. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.
Umur yang baroqah itu adalah umur, yang selalu diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak nostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome).
Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan ALLAH. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya.
1. Qalbun syakirun (hati yang selalu bersyukur)
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat ALLAH SWT, sehingga apapun yang diberikan ALLAH, ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan ALLAH.
Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu, “Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Dan bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya.
2. Al azwaju shalihah (pasangan hidup yang sholeh)
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholehah, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya.
3. Al auladun abrar (anak yang sholeh)
Saat Rasulullah SAW thawaf, beliau bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet- lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu, “Kenapa pundakmu itu?” Jawab anak muda itu, “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya” Lalu anak muda itu bertanya, ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?”
Nabi SAW memeluk anak muda itu dan mengatakan, “Sungguh ALLAH ridho kepadamu, kamu anak yang sholeh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu” Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang sholeh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan ALLAH.
4. Albiatu sholihah (lingkungan yang kondusif untuk iman kita)
Kita tentu boleh mengenal siapapun, tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat, haruslah orang- orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Sebagaimana Rasulullah yang menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh yang akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.
5. Al malul halal (harta yang halal)
Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdo’a sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan?” Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena do’anya akan sangat mudah dikabulkan ALLAH. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hati semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.
6. Tafakuh fi dien (semangat untuk memahami agama)
ALLAH menjanjikan nikmat bagi umat-NYA yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada ALLAH dan rasul-NYA. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.
7. Al-umrul mabruk (umur yang baroqah)
Umur yang baroqah itu adalah umur, yang selalu diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak nostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome).
Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan ALLAH. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya.
*http://miftakhurriza.blogspot.com/2011/06/7-kunci-kebahagiaan-di-dunia.html
Jumat, 17 Januari 2014
Hanya LMI Sidoarjo yang mau membatu saya
Berhari – hari di selimuti rasa cemas , yang di rasakan oleh Bapak Hamzah Nur Akbar beserta anak dan istri yang sedang mengandung 5 bulan anak keduanya , semenjak dompetnya hilang dalam perjalanan ia sangat bingung dan berusaha mencari pertolongan. Mereka telah kehilangan barang, uang beserta surat - surat penting di saat pulang dari bersilaturahim kekeluarganya di Bogor – Jawa Barat menuju rumahnya di Kecamatan Krikilan Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, tepatnya tanggal, 5 Januari 2014 di Stasiun Karanganyar Jawa tengah.
Bapak Hamzah terus melanjutkan perjalanan dengan tidak membawa uang, hanya beberapa bekal makanan ringan. Ketika turun dari kereta setibanya di stasiun pemberhentian terakhir ( Surabaya ) mereka disarankan orang untuk meminta bantuan ke lembaga sosial.
Bapak Hamzah di Banyuwangi berjualan makanan Batagor dan Siomay mendatangi beberapa lembaga sosial, tapi tidak ada yang membantunya. Sementara itu dalam perjalanan ia sempatkan istirahat dari masjid ke masjid. Ketika itu ada ta’mir masjid menyarankan ke LMI Sidoarjo. Bapak Hamzah mengutarakan maksud kedatangannya ke kantor LMI dan menceritakan kisah sedihnya di perjalanan ke petugas LMI Sidoarjo saat itu.
Setelah diperiksa surat-surat yang dimilikinya termasuk bukti surat kehilangan dari Polres Karanganyar, LMI Sidoarjo sepakat memberikan bantuan berupa tiket kereta api dan biaya santunan untuk pulang ke kampungnya di Banyuwangi.”Kami bersyukur ada lembaga yang masih peduli dengan orang seperti kami ini dan kami berterima kasih kepada LMI Cabang Sidoarjo yang telah memberikan rezekinya kepada kami,”Tutur pak Hamzah beserta Istri. (riz)
Ibu Fatimah yang semangat, energik dan menginspirasi…
LMI Sidoarjo-Hidup disebuah gubuk yang sangat minimalis ,seorang Ibu Hanya sebatang kara dan tidak ada satupun yang menemani kecuali sebuah radio dikamarnya. Tetapi itu semua tidak menjadi patah semangat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Ibu itu namanya adalah Fathimatus Zahra ( Bu Zahro ) ,umur 50 tahun, tinggal di Desa Cari Rt 11/ Rw 05 Banjarsari Buduran. Suami sudah meninggal 15 tahun yang lalu. Anak pertama juga meninggal diusia 14 tahun dan anak yang kedua pun juga sudah meninggal didalam kandungan, sehingga Bu Zahro terpaksa harus menjalani hidup sendiri tanpa ada siapapun.
Keseharian Bu Zahro hanya sebagai buruh tani, pekerjaannya tidak bisa setiap hari, karena sesuai dengan musim tandur dan musim panen. Penghasilan dari buruh tani hanya Rp 35.000 per hari dan kadang ada borongan untuk menggarap sawah selama 1 minggu dengan upah Rp 150.000. Tetapi dari kekurangan dan kelemahan semuanya itu Bu Zahro tersimpan semangat yang sangat luar biasa dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT dan menikmati pekerjaannya.
Setiap hari Bu Zahro secara istiqomah bangun mulai jam 02.00 WIB . Memulai dengan mandi dan mengambil air wudhu untuk mengerjakan sholat tahajud. Setelah itu berdoa dengan hati mengaharap ampunan dari Allah sampai meneteskan air mata, itu dilakukan sampai menjelang subuh. Setelah sholat subuh dia harus menyiapkan untuk sarapan kemudian dilanjutkan sholat dhuha. Kalau ada panggilan untuk buruh tani maka Bu Zahro langsung bergegas untuk berangkat kesawah, tetapi ketika tidak ada panggilan buruh tani, dia gunakan untuk membaca Al-quran hinnga menjelang siang. Amalan itu dia lakukan dengan senang dan tiada beban sedikitpun walau hanya seorang diri. Dia memahami bahwa Allah SWT selalu bersamanya dimanapun berada. Itulah cerita dari Bu Zahro yang sangat memberi motivasi pada kita semua.
Bu Zahro adalah salah satu mustahik yang menerima program LMI Sidoarjo berupa santunan rutin setiap bulan untuk membantu biaya hidupnya. Betapa bahagianya Bu Zahro ketika petugas LMI memberikan langsung kerumahnya. Beliau menyampaikan beribu terima kasih kepada LMI Sidoarjo. “ Semoga para donator dilancarkan rezekinya, dikabulkan akan hajatnya dan yang belum mempunyai momongan semoga Allah SWT memberinya anak yang sholeh dan sholehah, “ doa Bu Zahro. (Koes)
Sambut Keberkahan Tahun 2014 Bersama Anak Yatim.
LMI Sidoarjo-Menutup tahun 2013 LMI Sidoarjo menggelar acara pengajian dan doa bersama anak-anak yatim dan dhuafa bertempat di halaman Rumah Yatim LMI di Perum Palm Putri. Para undangan sangat antusias dan memadati halaman. Anak-anak yatim dan dhuafa yang hadir adalah sebanyak 484 orang dari berbagai daerah yang ada disekitar kecamatan Sidoarjo.
Acara sangat semarak dengan adanya hiburan Hadrah Group Maulana dan tampilan dari anak-anak yatim Rumah Yatim LMI Sidoarjo, dengan menampilkan hafalan Al-Quran. Ada yang sudah hafal 2-3 juz. Ini merupakan hasil dari upaya Rumah Yatim LMI untuk terus memberikan pendampingan kepada anak-anak yang berada dirumah Yatim LMI. Sehingga kedepannya generasi penerus bangsa menjadi generasi yang selalu mengutamakan ajaran-ajaran Al-Quran sebagai pedoman hidup umat Islam.
Kepala Cabang LMI Sidoarjo, Agung HS menyampaikan bahwa acara ini sangat istimewa dan anugrah terindah, karena mengakhiri Tahun 2013 bisa bersama-sama anak-anak yatim, berharap ada semangat baru dan hidup lebih baik, demikian pula dengan anak-anak yatim diharapkan tidak berkecil hati dan terus semangat dan rajin belajar. Selanjutnya Bapak Agung menyerahkan dana santunan ke seluruh anak yatim dan dhuafa yang hadir.
Pengajian dengan pencermah KH. Alawy Sanari, yang dikenal dengan sebutan Kyai Lapindo ini sangat menarik dengan diselingi canda-canda yang menyegarkan. Beliau mengajak masyarakat untuk selalu peduli dan perhatian pada anak-anak yatim, insya Allah akan membawa keberkahan hidup di dunia dan di akherat. Berharap anak-anak yatim yang dibina LMI dan Rumah yatim LMI mampu mandiri dan menjadi muslim yang sukses bahkan ada yang menjadi seorang pemimpin di negeri ini.
Alhamdulillah acara yatim tersebut juga dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat. Ada yang dari ketua Takmir Masjid, RT, RW dan perwakilan dari kelurahan setempat. Dengan adanya kegiatan yatim, semuanya berharap semoga tahun 2014 adalah tahun yang dapat menjadikan kita semua lebih baik. Baik dari agamanya, baik dari segi pekerjaannya, pendidikannya dan sebagainya di tahun 2014 (Koes)
Senin, 13 Januari 2014
Muzakki Kita | Dengan menjadi donatur banyak manfaat yang saya rasakan
LMI Sidoarjo-Pada awalnya, hanya Bapak Handoko susilo suaminya yang menjadi donatur, lambat laun dengan berjalannya waktu dan ilmu agama yang di dapat, Bu Yuyun Novia mulai tertarik untuk menjadi donatur. “Meskipun kecil, minimal saya sudah memulai, seperti nasehat Ust. Abdullah Gimnastiar, “mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil-kecil dan mulai saat ini” tutur Bu Yuyun.
Suatu ketika, hatinya terlecut setelah membaca buku dan mendengarkan tausiah Ust. Yusuf Mansyur, beliau beserta teman sesama wali murid di RA/MI Salsabilla Camp, mengajak beberapa wali murid untuk menjadi donatur. Alhamdulillah satu demi satu akhirnya banyak yang ikut. Tidak sebatas itu, teman-teman di luar sekolah juga diajaknya, begitu pun dengan keluarga di kampung. Alhamdulillah keluarganya pun ikut meskipun mereka bukan menjadi donatur LMI. Tidak apalah yang penting sebagai muslim sudah saling mengingatkan untuk berbuat baik.
Dalam hal apapun pasti ada suka dukanya termasuk sebagai Korda. Namun hal tersebut dianggap sebagai seni hidup. Karena Ibu dari dua anak ini berfikir bagaimana dengan para pejuang Allah di LMI dan lembaga ZIS yang lain? Pastinya suka duka mereka jauh lebih besar dan berat dari pada yang dialaminya.
Bu yuyun yang tinggal di Puri Sampurno II -29 Kalitengah, Tanggulangin – Sidoarjo sadar bahwa saat ini masih belum banyak yang bisa dilakukan untuk sesama, namun dengan menjadi donatur, dia berharap apa yang sudah dilakukan dapat memberikan manfaat untuk sesama. Petuah bijak menyatakan “Jika kita ingin menjadi sumber, belajarlah menjadi kran air”.
“Dengan menjadi donatur banyak manfaat yang saya rasakan, batin menjadi lebih tenang dan bahagia, dapat lebih mensyukuri nikmat yang Allah berikan, lebih banyak teman dan menjaga silaturrahmi serta banyaknya kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT” kata Ibu Yuyun dengan semangat. (lmisda)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)