BREAKING NEWS

Kamis, 20 Maret 2014

Manfaat berbagi itu adalah bahagia lahir batin.



LMI Sidoarjo-Pada awalnya saya mengenal LMI dari teman saya yang bernama Wulan. Saya merasakan banyak hikmah dari bershodaqoh dan saya mengajak teman-teman saya yang bernama Nur Abidatul dan Sudibyo Kunto untuk
bershodaqoh di LMI” tutur Ibu Julaikah.

Bagi Ibu Julaikah Puji Lestari menjadi donatur LMI Sidoarjo itu adalah bagian semangat hidupnya untuk selalu berbagi, karena manfaat berbagi itu adalah bahagia lahir dan batin. Kepedulian terhadap sesama akan mendatangkan motivasi untuk selalu bersyukur atas karunia dan anugrah Tuhan.

Pada saat mendengar berita Gunung Meletus Ibu Julaikah salah satu guru SD Widya Wiyata langsung terbayang betapa menderitanya warga korban Gunung Meletus, karenanya dengan bersemangat mengajak dan memotivasi para guru dan siswa untuk peduli korban bencana. Alhamdulillah ajakannya disambut dengan ikhlas dan senang untuk berpartisipasi untuk membantu korban bencana.

Ibu Julaikah dan para guru ikut mendampingi siswa-siswi dengan membawa karton putih bertuliskan Save Kelud Victims para siswa SD Widya Wiyata Perum Bumi Citra Fajar ( BCF ) Jl. SekawanAyu no. 9 – 17 .Sidoarjo ingin menunjukkan ikut berempati dan simpati pada warga korban bencana erupsi Gunung Kelud. Para siswa dengan gembira menyerahkan sebagian uang sakunya untuk meringankan kesusahan yang dialami warga korban bencana itu. 

Terkumpul dana sebesar 1.850.000 diserahkan kepada LMI Sidoarjo yang akan disalurkan langsung untuk memenuhi kebutuhan para korban bencana di sekitar Gunung Kelud. “ Mohon LMI bisa menyalurkan dana yang terkumpul dari para siswa untuk keluarga korban bencana, semoga bermanfaat” Kata Bu Julaikah yang juga sebagai Koordinator Donatur LMI di sekolah tersebut.

Bu Julaikah yang tinggal di Ds. Masangan Kulon RT.3 RW. 1 Sukodono meyakini bahwa anak-anak sejak dini harus ditanamkan rasa peduli pada sesama, cepat tanggap untuk membatu orang lain yang kesusahan. Tepatlah siswa-siswi di sekolah senantiasa digerakkan dengan ikhlas dan gembira untuk bersama-sama peduli terhadap penderitaan warga korban bemcana itu.

Selasa, 11 Maret 2014

PT. HANSA PRATAMA Tbk Peduli Korban Erupsi Kelud




Lmi Sidoarjo-Koordinator donatur LMI Bu Dyah Retno ( Netty ) dan Bu Titin Puryani di PT. HansaPratama Ds.BakungTemenggungan Balongbendo Sidoarjo, sangat antusias mendukung program kemanusiaan peduli korban bencana yang diajukan LMI Sidoarjo, termasuk korban bencana meletusnya Gunung Kelud.

Karenanya beliau berinisiatif menggalang dana peduli korban bencana ke seluruh karyawan dan juga disampaikan kepada pimpinan manajemen PT. Hansa Pratama. Sungguh sangat terharu atas kepedulian Pimpinan Manajemen dan seluruh karyawan, terkumpul dana sebesar Rp. 5.510.000 dan 5 dus pakaian.

Bapak Abdul Manaf, Ketua Serikat Pekerja PT. Hansa Pratama sangat berharap bantuan yang telah disalurkan dapat meringankan penderitaan warga korban bencana. “ Semoga bantuan ini bermanfaat dan warga korban bencana meletusnya Gunung Kelud mampu sabar dan tabah menghadapi musibah ini” ujarnya.

SD Widya Wiyata Save Kelud Victims



Dengan membawa karton putih bertuliskan Save Kelud Victims para siswa SD Widya Wiyata Perum Bumi Citra Fajar ( BCF ) Jl. SekawanAyu no. 9 – 17 .Sidoarjo ingin menunjukkan ikut berempati dan simpati pada warga korban bencana erupsi Gunung Kelud. Para siswa dengan gembira menyerahkan sebagian uang sakunya untuk meringankan kesusahan yang dialami warga korban bencana itu.

Ibu Julaikah Puji Lestari salah satu guru SD Widya Wiyata yang sangat bersemangat mengajak dan memotivasi para guru dan siswa untuk peduli korban bencana. Alhamdulillah ajakannya disambut dengan ikhlas dan senang untuk berpartisipasi untuk membantu korban bencana.

Terkumpul dana sebesar 1.850.000 diserahkan kepada LMI Sidoarjo yang akan disalurkan langsung untuk memenuhi kebutuhan para korban bencana di sekitar Gunung Kelud. “ Mohon LMI bisa menyalurkan dana yang terkumpul dari para siswa untuk keluarga korban bencana, semoga bermanfaat” Kata Bu Julaikah yang juga sebagai Koordinator Donatur LMI di sekolah tersebut.(Dawud)

Rabu, 05 Maret 2014

Penuhi Memori dengan Kebaikan Pasangan






Kolom Keluarga-Sangat banyak perbuatan baik yang dilakukan pasangan kepada kita, namun karena dilakukan setiap hari maka cenderung dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja. Cobalah buat daftar kebaikan pasangan, satu per satu ditulis dan diingat-ingat. Ingat, jangan ada yang terlewat. Buatlah daftar kebaikan pasangan, agar kita dengan mudah menghadirkannya dalam ingatan dan selalu menjadi kenangan.

Jika kita menyimpan sebanyak mungkin memori tentang kebaikan pasangan, maka tidak ada sisa tempat lagi bagi memori tentang keburukannya. Jika hati dan pikiran kita selalu mengingat dan menyimpan berbagai hal yang indah bersama pasangan, tidak ada tempat lagi untuk berbagai kisah sedih dan memilukan yang pernah terjadi bersama pasangan.

Mengingat Kebaikan Istri

Isteri memasak setiap hari untuk keperluan keluarga, dianggap hal biasa. Setiap hari istri belanja untuk keperluan keluarga, menyiapkan bahan masakan, memilih menu dan bumbu, kemudian mengolah menjadi masakan siap santap. Aktivitas ini bisa menghabiskan banyak waktu di dapur. Namun sebagian suami menganggap itu semua sebagai kewajiban istri, bukan kebaikan. Maka tidak ada apresiasi positif dan ucapan terimakasih untuk rutinitas memasak yang dilakukan istri.

Istri bersedia hamil sembilan bulan, melahirkan, menyusui dan mengurus anak sejak masih janin, dianggap sudah menjadi kewajibannya sebagai perempuan. Maka tidak ada apresiasi positif dan ucapan terimakasih untuk kesediaan istri mengandung, melahirkan dan mengurus anak tersebut. Padahal jelas itu semua merupakan kebaikan yang luar biasa besarnya.

Jika istri tidak melaksanakan aktivitas praktis kerumahtanggaan karena berbagi dengan pihak lain, misalnya karena di rumah ada pembantu rumah tangga, tentu saja ada banyak kebaikan lain yang dilakukan istri. Tentu saja kebaikan itu tidak hanya memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Ada sangat banyak lahan-lahan kebaikan yang telah dilakukan istri selama ini.

Mengingat Kebaikan Suami

Suami yang setiap hari bekerja keras mencari nafkah adalah kebaikan. Namun karena itu sudah menjadi kegiatannya setiap hari, maka dianggap sebagai hal yang lumrah dan wajar saja. Karena mencari nafkah adalah kewajiban suami, banyak istri yang tidak melihatnya sebagai kebaikan. Maka tidak ada apresiasi positif dan ucapan terimakasih untuk rutinitas mencari nafkah yang dilakukan suami.

Suami berpikir keras untuk mencukupi semua keperluan hidup keluarga, untuk pendidikan anak, untuk jaminan kesehatan, dan berbagai keperluan rekreatif keluarga. Suami melindungi dan menjaga keluarga dari berbagai ancaman serta bahaya. Suami membantu melakukan berbagai kegiatan praktis kerumahtanggaan. Jelas semua itu merupakan kebaikan yang sangat besar.

Jika ada berbagai kelemahan suami dalam hal mencari nafkah, misalnya belum mampu mencukupi semua keperluan hidup berumah tangga, bukan berarti tidak ada kebaikan lainnya pada suami. Sangat banyak lahan dan jenis kebaikan yang telah dilakukan suami selama ini, jangan sampai hilang tertutupi oleh beberapa kekurangan dan kelemahannya.

Melaksanakan Kewajiban dan Peran adalah Kebaikan

Ada banyak orang yang melalaikan dan mengingkari kewajibannya, ada banyak orang yang melarikan diri dari tanggung jawab. Maka tatkala suami atau istri melakukan kewajiban dengan baik, hal itu adalah suatu kebaikan yang sangat besar dan layak diapresiasi secara positif. Padahal, dalam kehidupan berumah tangga, kita tidak selalu memandang segala sesuatu dengan perspektif hak dan kewajiban. Perspektif ini bercorak sangat kaku dan terkesan hitam putih.

Ada perspektif peran, dimana suami dan istri memiliki peran khas dalam posisinya di dalam keluarga. Ketika kita melihat dari perspektif peran sekalipun, kita akan menemukan kesimpulan bahwa orang yang bersedia melakukan perannya adalah orang yang baik. Peran sebagai suami, sebagai ayah, sebagai pemimpin, sebagai pemberi teladan, sebagai pendidik, jika dilakukan dengan penuh kesadaran, tentu merupakan suatu kebaikan yang tak ternilai harganya. Peran sebagai istri, sebagai pelahir generasi, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai pendidik anak, jika dilakukan dengan penuh kesadaran, tentu merupakan suatu kebaikan yang tak ternilai harganya.

Sangat Banyak Kebaikan Pasangan

Ada sangat banyak kebaikan pasangan yang telah dilakukan untuk kita selama ini. Sebagiannya kita mengetahui, sebagaian lain lagi bahkan kita tidak mengetahuinya. Suami menjaga rahasia istri, tidak pernah menceritakan kejelekan dan kekurangan istri kepada orang lain, adalah suatu kebaikan suami. Demikian pula ketika istri menjaga rahasia suami, tidak pernah menceritakan kejelekan dan kekurangan suami kepada orang lain, adalah suatu kebaikan istri. Hal seperti ini sering kita abaikan.

Suami tidak menuntut kesempurnaan istri, tidak membebani istri diluar kesanggupannya, jelas merupakan kebaikan suami. Demikian pula ketika istri tidak menuntut kesempurnaan suami, tidak menuntut sesuatu diluar kesanggupan suami, jelas merupakan kebaikan istri. Hal seperti ini juga sering kita abaikan.

Suami bersabar atas kekurangan pelayanan istri, bisa menahan emosi, dan tetap melaksanakan kewajiban dan peran sebagai suami kendati ada kekurangan pelayanan dari istri, jelas merupakan kebaikan suami. Demikian pula jika istri bersabar atas kekurangan perhatian suami, bisa menahan emosi, dan tetap melaksanakan kewajiban dan peran sebagai istri kendati ada kekurangan perhatian dari suami, jelas merupakan kebaikan istri.

Sungguh, sangat banyak kebaikan pasangan kita. Ayo terus mengingat dan menjadikannya sebagai memori terindah dalam hidup bersama pasangan.(Cahyadi Takariawan)

Para Siswa SDIT Insan Kamil Peduli Bencana




Lmi Sidoarjo-Siswa-siswi SDIT InsanKamil sangat antusias ketika ada Kardus Kosong keliling di kelasnya dalam rangka penggalangan dana untuk warga korban bencana. Wajah mereka sangat ceria dan sangat berharap kardus yaang keliling itu sampai di depannya, rasanya ingin sekali untuk segera memasukkan uang sakunya ke kardus. 


Tentu siswa siswi sudah melihat berita di TV adanya banyak bencana di Indonesia tercinta ini, banjir, tanah longsor dan gunung meletus. Mereka membayangkan betapa susahnya anak-anak disana yang tempatnya tertimpa musibah, mereka ikut sedih saudara-saudaranya tidak dapat sekolah dan bermain gembira seperti mereka.


Rasa simpati dan empati mereka tumbuh dan berkembang dalam pembinaan dan pembelajaran yang dilakukan di SDIT Insan Kamil Sidoarjo. KepalaSekolah SDIT Insan Kamil Ust.Khoirul Anam menyampaikan apresiasi khususnya pada para siswa-siswi yang mempunyai empati tinggi untuk membantu meringankan beban penderitaan warga yang sedang di timpa bencana di Indonesia ini. 


Perolehan penggalangan dana para siswa diserahkan semuanya ke LMI Sidoarjo untuk disalurkan langsung pada warga Korban Bencana. LMI Sidoarjo memberikan Piagam Penghargaan kepada SDIT Insan Kamil atas kerjasamanya selama ini dalam membangun kepedulian siswa-siswi agar senantiasa Peduli Untuk Berbagi. Semoga senantiasa mendapatkan ridho Allah swt.


“Terima kasih LMI atas penghargaan ini dan semoga empati seperti itu hendaknya dapat ditiru oleh seluruh sekolah –sekolah lain khususnya di Sidoarjo dan Jawa Timur pada umumnya“, pungkas Ustadz Choirul Anam penuh semangat. — bersama Shooting Suwandi.

Menutup Aib diri Sendiri dan Orang lain




Oleh Ust. H. Zulhamdi M. Saad, Lc

Usai shalat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap. Rupanya diantara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Rasulullah sedikit berubah tanda tidak senang. Maka tatkala waktu sholat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah berkata: "Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu!". Mendengar perintah Rasulullah tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.

Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu, rasa malu ini membawa kepada efek sikologi yang negatif jika tersebar.

Namun banyak kita dapati di tengah keseharian kita, pembicaraan dan obrolan itu sepertinya tidak asyik kalau tidak membicarakan aib, cacat dan kekurangan yang ada pada orang lain, padahal obrolan itu bukanlah perkara ringan dalam pandangan Islam.

Ajaran Islam melarang keras aib seseorang diceritakan, dan tidak boleh sekali-kali menyebarkan tentang apa atau bagaimana kondisi yang tidak baik tentang seseorang, bahkan islam mengajarkan untuk menutupinya. Allah berfirman dalam Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Wahai orang yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka, maka barang siapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya dan siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya." (HR. at-Tirmidzi)

Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga melarang seseorang untuk membuka aib dirinya sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim)

Sebaliknya, Rasulullah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menutup aib saudara-saudara mereka, dengan menutup aib mereka di dunia dan akhirat, seperti dalam hadits shahih: "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)
Adapun aib yang ada pada seseorang bisa dibagi menjadi dua kategori:
Pertama, aib yang sifatnya khalqiyah, yaitu aib yang sifatnya qodrati dan bukan merupakan perbuatan maksiat. Seperti cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain.
Aib seperti ini adalah aurat yang harus dijaga, tidak boleh disebarkan atau dibicarakan, baik secara terang-terangan atau dengan gunjingan, karena perbuatan tersebut adalah dosa besar menurut mayoritas ulama, karena aib yang sifatnya penciptaan Allah yang manusia tidak memiliki kuasa menolaknya, maka menyebarkannya berarti menghina dan itu berarti menghina Penciptanya. (Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin).
Kedua, aib berupa perbuatan maksiat, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi juga terbagi menjadi dua:
Pertama: Perbuatan maksiat yang hanya merusak hubungannya secara pribadi dengan Allah seperti minum khamr, berzina dll. Jika seorang muslim mendapati saudaranya melakukan perbuatan seperti ini hendaklah ia tidak menyebarluaskan hal tersebut, namun dia tetap memiliki kewajiban untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Imam Syafi’i berkata, “Siapa yang menasehati saudaranya dengan tetap menjaga kerahasiaannya berarti dia benar-benar menasehatinya dan memperbaikinya. Sedang yang menasehati tanpa menjaga kerahasiaannya, berarti telah mengekspos aibnya dan mengkhianatinya." (Syarh Shahih Muslim, Imam an Nawawi).
Kedua: Perbuatan maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi tapi merugikan orang lain seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya. Maka perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan, karena akan lebih banyak lagi merugikan orang lain.
Sebuah kisah masyhur yang ditulis oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab "Tawwabin" dapat dijadikan pelajaran bagi kita untuk menutup aib diri sendiri dan aib orang lain serta mengakuinya dihadapan Allah dengan bertaubat atas dosa tersebut.
Disebutkan bahwa pada zaman nabi Musa 'alaihis salam, Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata , "Wahai Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami." Maka berangkatlah nabi Musa 'alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar.
Musa berdoa, "Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak-anak dan orang-orang yang mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud."
Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin kemilau. Kemudian Musa berdoa lagi, "Wahai Tuhanku berilah akmi hujan". 
Allah pun berfirman kepada Musa, "Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian. "
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun."
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, maka tak seorang pun yang keluar di depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud.
Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun. "
Maka kepalanya tertunduk malu dan menyesal, air matanya pun menetes, sambil berdoa kepada Allah, "Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah taubatku. "
Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan-awan tebalpun bergumpal, semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan.
Nabi Musa pun keheranan dan berkata, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di depan manusia." 
Allah berfirman, "Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun."
Musa berkata, "Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang taat itu."
Allah berfirman, "Wahai Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka akan aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!"
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, cela dan dosa tertentu pada dirinya, maka suatu aib yang ada pada seseorang dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain untuk dapat belajar dan memperbaiki diri agar tidak melakukan hal serupa yang akan menimpa dirinya dan orang lain akibat perbuatannya tersebut.
Maka beruntung dan berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri dari disibukkan dengan aib orang lain. Begitulah Rasulullah Saw menyampaikan dalam sabdanya: "Berbahagialah orang yang disibukkan dengan aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat memperhatikan aib orang lain." (HR Al-Bazzar dengan Sanad hasan).
Sungguh indahnya ajaran Islam yang menuntun kita agar menjaga aib kita sendiri dan menjaga aib orang lain, dan terus berupaya memperbaiki diri. Wallahu a'lam bishowab (ikadi.or.id)

Sang Pelayang Yang Menakjubkan



OASE-Ada hari-hari itu, sebagaimana diceritakan oleh Jabir ibn ‘Abdillah Radhiyallahu ‘Anh, jatah makan untuk setiap penggali Khandaq di kota Madinah adalah sebutir kurma, seteguk air, dan tepung yang diadoni minyak panas. Seberapa banyak tepung itu? “Jika tangan kami terbasuh air kemudian dimasukkan ke dalam kantung persediaan tepung”, ujar Jabir, “Maka tepung yang menempel di telapak yang basah itulah jatah makan sehari kami.”

Tentu saja, sebab terbayangkan bahwa pengepungan pasukan Quraisy dan sekutunya akan berlangsung lama.

Dan para sahabat kian merasa malu ketika Sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang turut bekerja bersama mereka sejak di hari pertama mengangkat beliungnya untuk menghantam batu terkeras yang mereka temukan. “Allahu Akbar”, beliau bertakbir, mengabarkan akan sampainya Islam dan kaum muslimin ke Syam, Persia, dan Yaman. Selain iman yang semakin terukir lagi berkibar, di benak para sahabat tersisa rasa getir yang menggeletar.

Ada dua batu di sana. Terselempit di sela sabuk celana Rasulullah yang mengganjal perutnya. Aduhai, bagaimana tak terbit airmata. Kekasih Allah yang paling mulia, lebih lapar dibandingkan seluruh sahabatnya. Dia ada bersama, dalam suka dan duka. Dia turut bekerja, tak ingin istimewa. “Seandainya kami duduk saja sementara Sang Rasul bekerja”, demikian senandung orang-orang Anshar yang lalu dinasyidkan semua, “Jadilah ia bagi kami hal yang membawa sesat selamanya.”

Tibalah hari itu, ketika Jabir ibn ‘Abdillah pulang dengan air mata menggenangi pelupuk dan dada sesak. “Wahai istriku”, panggilnya, “Demi Allah, apakah yang masih engkau miliki? Demi Allah, aku tak tega melihat rasa lapar yang menyiksa Rasulullah. Andai selain beliau, pasti sudah tak sanggup menahannya!”

“Hanya ada seekor anak kambing”, jawab sang istri gugup, “Dan segenggam tepung kasar di persediaan kita”.

“Keluarkanlah semua. Aku akan menyembelih dan menguliti anak kambing itu. Kau adonilah tepungnya menjadi roti.”

Ketika akhirnya masakan itu siap, Jabir pun mendatangi Sang Nabi dengan mengendap-endap. “Ya Rasulallah”, bisiknya kemudian, “Ada sekedar roti dan sedikit daging di rumah kami. Berkenanlah untuk sejenak datang dan menyantapnya.”

Beliau tersenyum dan mengangguk. Dipanggillah seseorang dan diperintahkan untuk mengumumkan kepada semua penggali parit, “Semuanya, datanglah ke rumah Jabir untuk makan bersama!” Betapa gugupnya Jabir melihat itu. “Aduhai celaka”, batinnya panik, “Aku hanya meminta beliau untuk bersantap tapi beliau mengajak seluruh Muhajirin dan Anshar!” Tapi Rasulullah tersenyum padanya, menepuk bahunya, dan menggamit lengannya. Tak bisa tidak Jabir hanya bergumam, “Demikian inilah Rasulullah!”

“Jangan kalian buka penutup wadahnya”, ujar Sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau juga meminta kedua suami istri yang saling berpandangan dengan khawatir itu untuk sejenak menyingkir. Kemudian beliaupun berdoa dan memohon berkah atas hidangan itu. “Masuklah rombongan berrombongan dan jangan berdesakan”, perintah beliau kepada seluruh hadirin.

Kelompok demi kelompok mereka masuk, sedangkan Nabi mengambilkan roti dan menuangkan masakan daging ke atasnya. Beliau berkhidmah pada semua sahabatnya, satu demi satu, hingga yang terakhir. Padahal penggali parit dalam Perang Ahzab, kira-kira 3000 jumlahnya. Semuanya makan, semua merasa kenyang, dan puas. Tiba giliran Jabir dan istrinya, dan Rasulullah masih melayani mereka, baru sesudahnya beliau makan dengan penuh kesyukuran. Beliau mengucap terimakasih pada keduanya dan mendoakan kebaikan, lalu beranjak.

“Demi Allah”, ujar Jabir, “Ketika kuperiksa wadah makanan kami, roti maupun dagingnya masih utuh seperti semula.”

Mu’jizat ini mengagumkan. Tapi apa yang dilakukan Rasulullah dengan menjaga kebersamaan dalam suka dan duka, terlebih lagi bagaimana beliau melayani para sahabat dengan tangannya sendiri adalah lebih menakjubkan. Inilah Nabi, penghulu alam semesta. Maka beliaupun menjadi pelayan yang paling rendah hati bagi sesama.

Hatta kelak di akhirat, di perjalanan seluruh manusia antara kebangkitan dan penghimpunan, beliau akan bersiaga di tepi sebuah telaga yang lebih harum dari kasturi. Beliau menyambut ummatnya, melayani mereka minum dari airnya yang lembut dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih sejuk dari salju. Tapi wajahnya mendung tiap kali beberapa manusia dihalau dari Al Kautsar. “Ya Rabbi”, serunya sendu, “Mereka bagian dariku! Mereka ummatku!”

Ada suara menjawab, “Engkau tak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu!”

Telaga itu sebentang Ailah di Syam hingga Shan’a di Yaman. Di sisinya ada gelas kemilau sebanyak bilangan gemintang. Dan inilah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sang pelayan yang paling menakjubkan.

by : Salim A Fillah...

Galery Photo Aksi Peduli Korban Erupsi Kelud


Galery Photo Aksi Peduli LMI Sidoarjo













































LBB Ilmiah Krian Peduli Korban Kelud




Ketika LMI Sidoarjo menyampaikan kepada Bapak Ilmiawan, Pemilik LBB Ilmiah Krian bahwa Relawan LMI akan berangkat ke Posko LMI untuk menyalurkan dana dan barang--barang yang dibutuhkan warga korban erupsi Gunung Kelud, langsung disambut dengan semangat dan bersedia menggalang dana dan barang-barang yang akan dititipkan LMI Sidoarjo.

Menurutnya ini adalah kesempatan yang baik mengajak anak-anak dan orang tuanya untuk bersimpati dan empati pada warga korban bencana. Raihan dan Nazwa, kakak beradik siswa LBB Ilmiah mengatakan sangat senang dapat membantu korban bencana Gunung Kelud yang meletus. "Bapak dan Ibu saya juga senang membantu korban Gunung Kelud" kata Raihan dengan lugunya.

LBB Ilmiah yang sudah mempunyai 3 cabang ini, salah satunya ada di Ngoro Mojokerto tidak hanya sekedar memberikan bimbingan belajar semata tetapi juga menanamkan pada anak-anak nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Salah satunya adalah mengupayakan bagaimana anak-anak bisa berakhlaqul karimah, senantiasa peduli pada sesama. Karenanya Bapak Ilmiawan sangat bersyukur dapat bekerjasama dengan LMI Sidoarjo untuk bersama-sama membantu sesama yang mengalami musibah.

Semoga LBB Ilmiah semakin sukses dan terwujud visi dan misinya yang sangat mulia itu, aamiin
 
Copyright © 2014 SEKOLAH ISLAMI SIDOARJO.