Rabu, 23 April 2014
Selasa, 01 April 2014
Menyelesaikan Masalah dengan Pasangan Itu Mudah
(Ilustrasi) |
Setiap keluarga pasti punya masalah, tidak ada satu pun keluarga yang tidak punya masalah.
Yang disebut dengan masalah adalah jarak yang terbentang antara realitas kita saat ini dengan idealitas yang kita inginkan. Kita tidak pernah berada dalam kondisi ideal, selalu saja ada jaraknya. Semakin jauh jarak tersebut, semakin besar masalah yang kita hadapi. Maka menyelesaikan masalah artinya mendekatkan kondisi kita hari ini dengan idealitas yang seharusnya kita miliki. Satu masalah terselesaikan, muncul masalah berikutnya. Begitulah watak kehidupan.
Pada kenyataannya, ada keluarga yang mudah sekali keluar dari masalah. Ada pula keluarga yang sangat sulit keluar dari masalah, bahkan ada pula keluarga yang tidak pernah bisa keluar dari masalah. Mereka terjebak dalam kubangan masalah demi masalah tanpa pernah bisa menguraikannya. Masalah datang silih bergenti tanpa diketahui mana ujung dan mana pangkalnya. Mereka terbebani oleh rangkaian permasalahan keluarga, yang pada akhirnya tidak mampu mempertahankan keutuhan rumah tangga. Bahtera rumah tangga mereka karam diterjang badai permasalahan.
Bagaimana Membuat Masalah Menjadi Mudah Diselesaikan?
Pertanyaan pentingnya adalah : siapakah yang membuat masalah hidup kita menjadi susah, dan siapa pula yang membuat masalah hidup kita menjadi mudah? Tentu saja tidak ada yang lain, kecuali diri kita sendiri. Demikian pula masalah dengan pasangan. Siapa yang menjadikan permasalahan suami istri menjadi mudah atau menjadi susah? Tidak ada lain kecuali suami dan istri itu sendiri.
Hidup berumah tangga itu tergantung bagaimana kita menjalaninya. Karena masalah selalu hadir dalam kehidupan kita, maka tergantung kita mau menjadikan masalah itu sebagai mudah atau sebagai susah. Jika kita menjadikan masalah yang muncul dengan pasangan menjadi susah, maka memang akan terasa sangat susah. Namun jika kita menjadikan masalah yang muncul dengan pasangan menjadi mudah, maka semua sangat ringan dirasakan dan mudah diselesaikan.
Kuncinya ada pada diri kita sendiri.
1. Selalu Berpikir dan Bersikap Positif
Hendaknya suami dan istri selalu berpikir positif dalam memandang segala sesuatu. Semua kejadian dalam hidup selalu ada hikmah yang positif jika pandai mengambilnya. Tidak ada kejadian yang sia-sia selama kita mampu mengambil hikmah terbaiknya. Bahkan dari kegagalan, dari kesalahan, dari kesusahan, semua selalu ada sisi positif yang akan mendewasakan kehidupan kita. Yang penting mampu berpikir dan bersikap positif dalam kehidupan.
Apalagi dalam menghadapi dinamika hidup berumah tangga dengan pasangan. Selalu saja ada persoalan yang datang menghadang. Besar atau kecil, berat atau ringan, itu sangat relatif dan sangat subyektif. Yang paling utama adalah pikiran dan sikap yang selalu positif dalam menghadapi segala sesuatu. Dengan berpikir dan bersikap positif, suami dan istri akan selalu berada dalam suasana interaksi yang penuh kedewasaan dan diliputi kebijaksanaan. Tidak mudah emosi, tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan semua masalah menjadi mudah diselesaikan.
2. Tidak Meributkan Hal-hal Kecil
Sangat banyak hal-hal kecil yang sering menjadi kerikil tajam dalam perjalanan hidup berumah tangga. Manusia sangat jarang menabrak batu yang besar, karena jelas-jelas kelihatan sehingga mudah untuk dihindari. Namun sangat sering manusia terpeleset oleh bebatuan kecil atau kerikil, karena tidak tampak. Dalam komunikasi dan interaksi suami dan istri, sering dijumpai hal-hal kecil yang membuat keributan besar. Urusan-urusan sepele yang dibesar-besarkan.
Hanya karena salah omong, hanya karena lambat menjawab pertanyaan, hanya karena lambat melayani, hanya karena salah dengar, hanya karena tindakan yang tidak sengaja, ternyata memicu keributan dan ketegangan antara suami dan istri. Mengapa mereka tidak segera saling meminta maaf dan memaafkan kekurangan pasangan? Mengapa mereka suka membesar-besarkan persoalan yang sebenarnya ringan saja, bukan hal-hal besar?
Jika mereka menganggap ringan saja hal-hal kecil itu, maka mereka akan mudah untuk menyelesaikan setiap persoalan, karena yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan suami istri hanyalah persoalan-persoalan kecil.
3. Kesediaan untuk Menyelesaikan Masalah
Kunci penyelesaian masalah suami dan istri ada pada mereka sendiri. Tidak ada orang lain yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Konselor juga tidak bisa menyelesaikan masalah mereka, karena konselor hanya memediasi dan memotivasi untuk penyelesaian masalah. Namun yang bisa menyelesaikan permasalahan suami dan istri ya hanya mereka sendiri. Bukan orang lain, bukan orang tua, bukan mertua, bukan saudara, bukan ustadz, bukan kyai, bukan konselor. Mereka berdua yang bisa menyelesaikannya.
Sepanjang suami dan istri mau duduk berdua, membicarakan masalah dengan kelapangan dada, berdialog dengan hati terbuka, mengobrol dalam suasana nyaman dan gembira, menjauhkan diri dari sikap emosi dan gelap mata, maka semua masalah akan mudah dan ringan untuk diselesaikan. Namun jika suami dan istri tidak mau duduk berdua, tidak mau membahas permasalahan dengan hati terbuka, justru mengembangkan sikap saling curiga, menganggap kesalahan hanya ada pada pasangannya, maka selamanya masalah tidak akan pernah bisa selesai.
Semua kembali kepada pribadi suami dan istri. Jika ingin membuat masalah mereka menjadi mudah dan ringan, maka mereka akan mudah dan ringan menyelesaikan setiap permasalahan. Namun jika ingin membuat masalah mereka menjadi susah dan berat, maka mereka pun akan selalu kesulitan keluar dari masalah. Tidak ada yang sulit, kecuali yang memang sengaja kita buat sulit. (Cahyadi Takariawan)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)